SALI : Dari Kulit Kayu Menjadi Lambang Identitas Perempuan Papua

Yahukimo — Di tengah bentang alam Papua Pegunungan yang hijau dan subur, lahirlah beragam tradisi yang mencerminkan hubungan manusia dengan alam. Salah satunya adalah Sali, pakaian adat perempuan Papua yang terbuat dari kulit kayu. Lebih dari sekadar busana, Sali merupakan lambang identitas, keanggunan, dan kedewasaan perempuan Papua yang diwariskan turun-temurun sejak zaman nenek moyang.

Sali dikenal luas di kalangan masyarakat pegunungan, seperti di wilayah Yahukimo, Nduga, dan Lanny Jaya, sebagai simbol budaya yang penuh makna. Proses pembuatannya masih dilakukan secara tradisional, menunjukkan kedekatan masyarakat dengan alam serta nilai gotong royong yang tinggi.

Proses Pembuatan: Dari Alam untuk Manusia

Pembuatan Sali dimulai dari pengambilan kulit kayu pohon pilihan yang seratnya kuat namun lentur, seperti pohon Mandobo atau Boe. Kulit kayu tersebut kemudian direndam, dipukul, dan dijemur di bawah sinar matahari hingga menjadi lembaran tipis yang lembut. Setelah kering, serat-seratnya dirangkai dan dibentuk menyerupai rok khas yang dikenakan di bagian pinggang.

Seluruh proses dilakukan secara manual, tanpa bantuan mesin, dan membutuhkan waktu serta ketelatenan tinggi. Inilah yang menjadikan setiap Sali unik dan memiliki nilai budaya yang mendalam. Selain itu, pembuatan Sali juga menjadi bagian dari pendidikan budaya bagi perempuan muda Papua agar menghargai kerja keras, tradisi, dan alam sekitar.

Makna Sosial dan Spiritual Sali

Bagi perempuan Papua, mengenakan Sali bukan hanya soal penampilan, tetapi juga pernyataan jati diri dan tanggung jawab sosial. Saat seorang perempuan mulai mengenakan Sali, masyarakat adat menganggapnya telah memasuki fase kedewasaan, siap memikul peran penting dalam kehidupan keluarga dan komunitas.

Selain itu, Sali juga digunakan dalam upacara adat, ritual keagamaan, dan festival budaya, menandakan rasa hormat terhadap leluhur. Warna cokelat alami dari kulit kayu mencerminkan keteguhan, kesederhanaan, dan kemurnian hati perempuan Papua Pegunungan.

Pelestarian di Tengah Modernisasi

Meski arus modernisasi terus berkembang, Sali tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya Papua. Pemerintah daerah, lembaga adat, dan tokoh masyarakat kini aktif memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya melalui festival budaya, dalam acara adat seperti upacara pernikahan, pesta panen, atau pertemuan suku, pameran seni, dan kegiatan edukasi di sekolah-sekolah. Upaya ini tidak hanya menjaga eksistensi pakaian adat tersebut, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap warisan budaya Papua Pegunungan.

Sali adalah bukti nyata bahwa keindahan dan makna dapat lahir dari kesederhanaan. Dari selembar kulit kayu, tercipta karya budaya yang mencerminkan kekuatan, keanggunan, dan kebijaksanaan perempuan Papua.

Lebih dari sekadar busana, Sali adalah identitas dan jati diri masyarakat Papua Pegunungan yang mengajarkan harmoni antara manusia dan alam. Dengan terus melestarikan tradisi ini, generasi muda Papua akan tetap membawa nilai-nilai luhur leluhur mereka ke masa depan yang penuh harapan.

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 36 Kali.